Jumat, 29 November 2019

ANALGETIKA


ANALGETIKA
PENGERTIAN ANALGETIKA
Analgetika atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (perbedaan dengan anestetika umum) (Tjay dan Rahardja, 2007)
DEFINISI NYERI
Definisi nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman berkaitan dengan (ancaman) dan kerusakan jaringan keadaan psikis sangat memengaruhi nyeri , misalnya emosi dapat menimbulkan sakit (kepala) atau memperhebatnya ,tetapi dapat pula menghindarkan sensasi rangsangan nyeri , nyeri merupakan suatu perasaan subjektif pribadi dan ambang toleransi nyeri berbeda-beda bagi setiap orang, batas nyeri untuk suhu tubuh adalah konstan , yakni pada suhu 44°C -45°C. (Tjay dan Rahardja, 2007).
PENGGOLONGAN
          Menurut Tjay dan Rahardja (2007)Atas dasar kerja farmakologisnya , analgetika dibagi dalam dua kelompok besar yaitu :
a)     Analgetika perifer(non-narkotik),yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Analgetika antiradang termasuk kelompok ini
b)    Analgetika narkotik , khusus digunakan untuk mengahalau rasa nyeri hebat , seperti pada fractura dan kanker .
PENANGANAN RASA NYERI
          Mekanisme NyeriSaat terdapat rangsang yang kuat untuk menimbulkan kerusakan jaringan, maka akan dibebaskan berbagai mediator nyeri dari sel yang rusak. Mediator nyeri tersebut akan bekerja dengan merangsang nosiseptor. Impuls nyeri disalurkan ke susunan syaraf pusat melalui dua sistem serat. Satu sistem nosiseptor terbentuk oleh serat-serat A delta bermielin dengan garis tengah 2-5μm. Serat-serat ini menghantarkan impuls nyeri dengan kecepatan 0,5-2 m/det. (Guyton dan Hall, 2007).
CONTOH OBAT ANALGETIK
1.     Aspirin/asam asetil salisilat
C₉H₈O₄
Asam asetil salisilat mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 100,5%C₉H₈O₄dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan
Indikasi : meringankan sakit kepala, pusing, sakit gigi, menurunkan   demam.
Dosis : dewasa 500-600 mg/4 jam.sehari maksimum 4 gram. Anak-anak 2-3 tahun 80-90 mg, 4-5 tahun 160-240 mg,6-8 tahun 240-320 mg, 9-10 tahun 320-400 mg, >11 tahun 400-480 mg. semua diberikan tiap 4 jam setelah makan.
Kontraindikasi : ulkus peptikum, kelainan perdarahan, asma.
Efek samping : gangguan gastrointestinal, pusing, reaksi hipersensitif.
(Depkes RI,2014).
HUBUNGAN STRUKTUR DAN AKTIVITAS

 
a.       Gugus Fenolik OH
Metilasi gugus fenolik OH dari morfin akan mengakibatkan penurunan aktivitas analgesik secara drastis.

b.      Gugus Alkohol
Penutupan atau penghilangan gugus alkohol tidak akan menimbulkan penurunan efek analgesik dan pada kenyataannya malah sering menghasilkan efek yang berlawanan. Peningkatan aktivitas lebih disebabkan oleh sifat farmakodinamik dibandingkan dengan afinitasnya dengan reseptor analgesik. Dengan kata lain, lebih ditentukan oleh berapa banyak obat yang mencapai reseptor, bukan seberapa terikat dengan reseptor.

c.       Ikatan Rangkap C7 dan C8
Hidrogenasi ikatan rangkap C7-C8 dapat menghasilkan efek yang sama atau lebih tinggi dibanding morfin. Beberapa analog termasuk dihidromorfin menunjukkan bahwa ikatan rangkap tidak penting untuk aktivitas analgesik.

d.      Cincin Aromatik
Cincin aromatik memegang peranan penting dimana jika senyawa tidak memiliki cincin aromatik tidak akan menghasilkan aktivitas analgesik. Cincin Aromatik dan nitrogen merupakan dua struktur yang umum ditemukan dalam aktivitas analgesik opioid. Cincin Aromatik dan nitrogen dasar adalah komponen penting dalam efek untuk μ agonis, akan tetapi jika hanya kedua komponen ini saja, tidak akan cukup juga untuk menghasilkan aktivitas, sehingga penambahan gugus farmakofor diperlukan. Substitusi pada cincin aromatik juga akan mengurangi aktivitas analgesik.



PERMASALAHAN

1.     Bagaimana metabolisme dari obat analgetik secara umum?
2.     Bagaimana mekanisme kerja obat morfin?
3.     Bagaimana efek samping dari asam salisilat?


DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI.2014.FARMAKOPE INDONESIA EDISI V.departmen kesehatan republik indonesia , jakarta.
Guyton A.C. and J.E. Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC.
Patrick , G . 1995 . an introduction to medicinal chemistry , Oxford university press,New york.
Tjay,T.H dan K. Rahardja, 2007, Obat-Obat Penting Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi Keenam, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.


 


8 komentar:

  1. Jawaban no 2
    Morfin merupakan obat analgesik yang termasuk dalam golongan opioid. Morfin bekerja dengan cara mengikat reseptor opioid yaitu Mu atau yang biasa disebut MOR (Mu Opioid Reseptor). Morfin bersifat agonis karena morfin bekerja dengan cara mengaktivasi reseptor Mu yang terdapat pada sistem syaraf pusat.
    Berawal dari terjadinya nyeri hebat atau nyeri dalaman dimana rasa nyeri terjadi akibat adanya kerusakan pada jaringan maupun sel-sel dalam tubuh sehingga merangsang pelepasan neurotransmiter nyeri oleh sistem syaraf pusat. Morfin yang merupakan obat analgesik narkotik bekerja dengan 2 mekanisme diantaranya menutup kanal ion Ca2+ dan menghambat pelepasan substansi P.
    Morfin berikatan dengan reseptor Mu opioid lalu dihubungkan dengan protein G yang secara langsung mempengaruhi saluran K+ dan Ca2+. Pada keadaan normal protein G yang memiliki GDP yang mengikat sub unit α, β, γ dalam kondisi istirahat atau tidak aktif. Namun saat opioid berinteraksi dengan reseptornya, sub unit GDP terdisosiasi dan berubah menjadi GTP dengan mekanisme perubahan konformasi. GTP ini aka mendisosiasi subunit α sehingga terikat padanya. GTP yang terikat pada subunit α ini memerintahkan sel saraf untuk menurunkan aktifitas listriknya dengan meningkatkan pemasukan K+ dan menghambat pemasukan Ca2+. Dengan terikatnya GTP pada sub unit α juga dapat menghambat terbentuknya enzim adenilat siklase. Enzim ini merupakan enzim yang berperan sebagai messenger pada penyampaian pesan untuk sel saraf. Jika pembentukan enzim adenilat siklase dihambat maka pembentukan substansi P yang merupakan neurotransmiter nyeri juga dihambat, sehingga rasa sakitnya berkurang. Demikianlah morfin bekerja, dengan kedua hal inilah maka morfin akan menurunkan aktivitas listrik saraf dan menurunkan pelepasan neurotransmiter nyeri.

    BalasHapus
  2. Baiklah saya akan mencoba menjawab pertanyaan No.3. Turunan asam salisilat menimbulkan efek samping iritasi lambung.

    BalasHapus
  3. Saya akan mencoba menjawab no 3 turunan asam salisilat menimbulkan efek samping iritasi lambung, iritasi kronik pada lambung , kulit kering, atau nyeri pada kulit.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih hendri ,sri, nurul, jawaban ny sudah benar, saya ingin menambah kan bahwa Iritasi lambung yang akut kemungkinan berhubungan dengan gugus karboksilat yang bersifat asam sedangkan iritasi kronik kemungkinan disebabkan oleh penghambatan pembentukan prostaglandin E1 dan E2, yaitu suatu senyawa yang dapat meningkatkan vasodilatasimukosa lambung (Purwanto & Susilowati, 2000)

      Hapus
  4. nurul mencoba menjawab no. 3
    menurut literatur yang saya baca, efek Samping dan Bahaya Asam Salisilat, diantaranya
    -Iritasi, kering, atau nyeri pada kulit.
    -Keluar nanah atau darah yang menandakan terjadinya infeksi.
    -Kulit terasa panas, memerah, dan mengelupas.
    -Gatal-gatal.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih hendri ,sri, nurul, jawaban ny sudah benar, saya ingin menambah kan bahwa Iritasi lambung yang akut kemungkinan berhubungan dengan gugus karboksilat yang bersifat asam sedangkan iritasi kronik kemungkinan disebabkan oleh penghambatan pembentukan prostaglandin E1 dan E2, yaitu suatu senyawa yang dapat meningkatkan vasodilatasimukosa lambung (Purwanto & Susilowati, 2000)

      Hapus
  5. Saya mencoba menjawab permasalahan no 1.Dimana metabolisme obat analgetik dan morfin terjadi terutama didalam hati dan ekskresi melalui urin sebagai metabolit tidak aktif dan obat utuh 2-12%. Yang apabila dikonsumsi dalam jangka waktu panjang akan menyebabkan kerusakan organ.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih amalia, jawaban nya sudah benar tpi saya ingin menambahkan bahwa
      Proses metabolisme terbagi menjadi beberapa fase, fase I merubah senyawa lipofil mejadi senyawa yg mempunyai gugus fungsional seperti OH, NH 2 dan COOH, brtujuan agat snyawa lebih mudah mengalami proses perubahn selanjutnya
      Reaksi fase II atau reaksi konjugasi terjadi jika zat belum cukup polar setlh mngalami metabolisme fase I, ini trtma terjadi pada zat yg sangat lipofil.konjugasi ialah reaksi penggabungan antara obat dgn zat endogen seperti as.glukoronat ,as.sulfat,as.asetat dan as. Amino
      Metabolisme obat terutama terjadi di hati, yakni di membran endoplasmik retikulum(mikrosom)dan di cytosol.
      Tempat metabolisme yg lain (ekstra hepatik) adalah dinding usus, ginjal, paru-paru,darah ,otak dan kulit.

      Hapus

HEMATOLOGI

HEMATOLOGI PENGERTIAN HEMATOLOGI             Hematologi adalah ilmu tentang d...